Dampak Obsesi Berlebihan pada Idola bagi Kesehatan Mental
Monika Pandey – Obsesi berlebihan pada idola bisa menjadi gangguan serius dalam keseimbangan hidup jika tidak disadari sejak awal. Meskipun mengagumi figur publik adalah hal yang wajar dan dapat menjadi sumber inspirasi, perasaan tersebut dapat berubah menjadi tidak sehat bila berkembang menjadi obsesi. Psikolog lulusan Universitas Indonesia, Teresa Indira Andani, M.Psi., Psikolog, mengingatkan bahwa penting untuk mengenali batas antara kekaguman yang sehat dan perilaku yang mulai kehilangan kendali.
“Dalam psikologi, ketika kekaguman berubah menjadi obsesi, bisa muncul pola perilaku yang mengganggu keseimbangan hidup atau relasi sosial,” ujar Teresa pada Kamis (10/7/2025).
Teresa mengungkapkan bahwa ada sejumlah tanda peringatan yang menunjukkan seseorang telah memiliki obsesi pada idola . Salah satu yang paling umum adalah mengabaikan tanggung jawab pribadi demi mengikuti semua aktivitas sang idola. Misalnya, melewatkan pekerjaan, tugas sekolah, atau bahkan pertemuan keluarga hanya untuk mengikuti kabar terbaru atau jadwal konser idola.
“Simak Juga: Kulit Glowing ala Skin Icing, Ini Manfaat Es Batu untuk Wajah”
Tanda lainnya adalah munculnya emosi negatif seperti marah, cemburu, atau tersinggung apabila idola tidak merespons ekspektasi penggemar. “Misalnya, tidak menyapa, tidak membalas pesan, atau bersikap di luar harapan mereka,” jelasnya.
Dalam sudut pandang psikologi sosial, Teresa menjelaskan adanya konsep yang disebut parasocial relationship, yaitu hubungan satu arah yang terbentuk antara penggemar dan figur publik.
“Hubungan ini bisa terasa sangat nyata secara emosional bagi penggemar, padahal tidak bersifat timbal balik,” katanya. Artinya, meski penggemar merasa sangat dekat dengan idolanya, belum tentu sang idola mengenal atau menyadari keberadaan mereka secara personal.
Kondisi ini bisa menjadi lebih serius ketika penggemar mulai merasa berhak atas waktu, perhatian, bahkan privasi sang idola. Dalam kasus ekstrem, hal ini bisa mengarah pada perilaku yang melanggar batas atau etika.
Teresa menekankan pentingnya memiliki sikap yang bijak dan penuh empati dalam mengagumi seorang idola. Ia mengajak masyarakat untuk mengingat bahwa figur publik tetaplah manusia biasa yang memiliki hak atas ruang pribadi dan kenyamanan.
Menunjukkan kekaguman secara sehat bisa dilakukan dengan cara sederhana: menyapa dengan sopan, tersenyum, atau memberi pujian melalui kata-kata positif. Jika ingin meminta foto atau tanda tangan, lakukanlah dengan izin terlebih dahulu.
“Jika ditolak, kita bisa memilih untuk memahami bahwa idola mungkin sedang lelah, sibuk, atau memang tidak diperbolehkan oleh aturan,” ujarnya.
Mengidolakan seseorang bisa menjadi hal yang menyenangkan dan memotivasi. Namun, penting bagi setiap individu untuk tetap menjaga keseimbangan hidup, memisahkan antara realita dan fantasi, serta tetap menghargai batasan yang sehat. Dengan begitu, kekaguman tidak berubah menjadi obsesi yang justru merugikan diri sendiri maupun orang lain.
“Baca Juga: USU Dapat Label Red Flag, Integritas Riset Jadi Sorotan”
This website uses cookies.