tahi lalat

Monika Pandey – Tahi lalat, atau nevus, adalah kondisi kulit yang umum dimiliki banyak orang di berbagai usia dan jenis kelamin. Sebagian besar tidak berbahaya dan merupakan kelainan kulit yang jinak. Namun, dalam beberapa kasus, nevus dapat berubah menjadi kondisi yang lebih serius, seperti melanoma, salah satu jenis kanker kulit yang paling berbahaya.

Apa Itu Melanoma?

Melanoma adalah kanker kulit yang berkembang dari melanosit, yaitu sel yang menghasilkan pigmen melanin. Kanker ini dapat muncul dari tahi lalat yang sudah ada sebelumnya atau berkembang langsung di area kulit tanpa tahi lalat. Melanoma dianggap berbahaya karena dapat menyebar ke bagian tubuh lain, seperti kelenjar getah bening, paru-paru, atau hati, jika tidak segera ditangani.

“Simak Juga: Implan Payudara, Dari Kepercayaan Diri Hingga Potensi Risiko”

Tanda-Tanda Nevus yang Berubah

Tidak semua tahi lalat (nevus) memiliki risiko berubah menjadi melanoma. Namun, penting untuk mengenali tanda-tanda yang mencurigakan. Ada metode sederhana yang disebut ABCDE untuk memeriksa:

  • A (Asymmetry): Bentuk tidak simetris.
  • B (Border): Tepi nevus tidak teratur atau bergerigi.
  • C (Color): Warna tidak seragam, bisa berupa campuran hitam, coklat, merah, atau putih.
  • D (Diameter): Diameter lebih besar dari 6 mm, meskipun melanoma bisa lebih kecil.
  • E (Evolution): Perubahan bentuk, ukuran, atau warna dalam waktu tertentu.

Jika Anda menemukan salah satu tanda ini, segera konsultasikan dengan dokter spesialis kulit.

Faktor Risiko

Beberapa faktor dapat meningkatkan risiko tahi lalat menjadi melanoma, antara lain:

  • Paparan Sinar UV: Terpapar sinar ultraviolet dari matahari atau tanning bed dalam waktu lama.
  • Riwayat Keluarga: Memiliki anggota keluarga dengan riwayat melanoma.
  • Kulit Cerah: Kulit yang lebih terang cenderung memiliki risiko lebih tinggi.
  • Tahi Lalat Banyak: Orang dengan lebih dari 50 tahi lalat di tubuhnya berisiko lebih besar.

Pencegahan dan Pemeriksaan Rutin

Pencegahan adalah langkah terbaik untuk mengurangi risiko. Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah:

  • Gunakan tabir surya dengan SPF minimal 30 saat keluar rumah.
  • Hindari paparan langsung sinar matahari pada jam-jam puncak (10 pagi hingga 4 sore).
  • Lakukan pemeriksaan kulit sendiri secara rutin.
  • Kunjungi dokter kulit setidaknya setahun sekali untuk pemeriksaan menyeluruh.

“Baca Juga: Toilet Khusus Disabilitas, Menghadirkan Kenyamanan untuk Semua”

Similar Posts