Studi: Dampak Kafein Sebabkan Otak Tetap Aktif Saat Tidur
Monika Pandey – Konsumsi kafein bukan hanya membuat seseorang tetap terjaga, tetapi juga memiliki dampak signifikan pada aktivitas otak saat tidur. Studi terbaru menunjukkan bahwa kafein dapat mengubah ritme otak, sehingga tidur menjadi kurang efektif dalam memulihkan fungsi kognitif.
Penelitian dari University of Montreal, Kanada, menemukan bahwa dampak kafein menyebabkan peningkatan kompleksitas sinyal otak dan mendorongnya ke kondisi yang disebut criticality. Ini adalah keadaan di mana otak berada pada batas antara keteraturan dan fleksibilitas, ideal untuk aktivitas siang hari seperti berpikir dan berkonsentrasi, namun tidak cocok untuk tidur nyenyak.
“Baca Juga: 7 Momen Ideal Minum Air Kelapa, Bikin Tubuh Makin Sehat”
“Meski seseorang sedang tidur, otaknya tetap aktif dan tidak sepenuhnya pulih akibat efek kafein,” jelas ahli saraf Karim Jerbi.
Penelitian ini, yang dipublikasikan dalam jurnal Communications Biology, melibatkan 40 partisipan muda berusia 20–27 tahun. Selama dua malam, aktivitas otak mereka dipantau menggunakan EEG, satu malam setelah mengonsumsi plasebo dan satu malam setelah mengonsumsi 200 mg kafein (setara satu hingga dua cangkir kopi).
Hasilnya menunjukkan penurunan signifikan dalam gelombang otak seperti delta, theta, dan alfa yang biasanya muncul saat fase tidur non-REM. Gelombang ini berperan penting dalam penyimpanan memori dan pemulihan fungsi otak.
“Perubahan ritme ini bisa menjelaskan kenapa tidur menjadi kurang restoratif setelah konsumsi kafein,” ungkap Jerbi.
Efek kafein terhadap tidur terlihat lebih kuat pada peserta yang lebih muda. Para peneliti menduga hal ini disebabkan oleh jumlah reseptor adenosin yang lebih tinggi di otak anak muda. Adenosin adalah senyawa kimia yang menumpuk sepanjang hari dan memicu rasa kantuk.
Kafein bekerja dengan memblokir reseptor ini, sehingga tubuh tetap terjaga. Namun, karena otak anak muda lebih sensitif terhadap adenosin, dampaknya terhadap tidur juga lebih besar.
“Jika dikonsumsi pada siang hari, efek ini memang bisa meningkatkan konsentrasi. Tapi saat malam, otak justru kesulitan beristirahat dan memulihkan diri,” ujar Julie Carrier, salah satu peneliti dalam studi ini.
Tim peneliti menegaskan bahwa kafein adalah zat stimulan psikoaktif yang paling banyak dikonsumsi di dunia, baik melalui kopi, teh, cokelat, minuman energi, maupun beberapa jenis obat. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk memahami bagaimana kafein tidak hanya memengaruhi saat terjaga, tetapi juga saat tidur, terutama bagi kelompok usia muda yang lebih rentan.
Dengan semakin banyaknya bukti ilmiah, mempertimbangkan waktu dan jumlah konsumsi kafein bisa menjadi langkah sederhana. Namun, penting untuk menjaga kualitas tidur dan kesehatan otak dalam jangka panjang.
“Simak Juga: Drama Makin Memanas! Trump Tolak Temui Elon Musk”
This website uses cookies.