Psikolog: Oversharing di Media Sosial Bisa Rugikan Orang Lain
Monika Pandey – Oversharing di media sosial kini menjadi masalah sosial yang kian sering muncul di era digital yang serba terbuka. Perilaku membagikan terlalu banyak informasi pribadi atau kejadian tertentu ini, menurut Psikolog Klinis RSUD Wangaya Kota Denpasar, Bali, Nena Mawar Sari, S.Psi, dapat berdampak negatif, bahkan merugikan orang lain.
Nena menjelaskan bahwa oversharing di media sosial kerap kali berakar pada kebutuhan akan validasi sosial. Banyak orang merasa dihargai dan diterima ketika unggahan mereka mendapat tanggapan berupa like, komentar, atau dibagikan ulang oleh pengguna media sosial lain.
“Ada beberapa hal yang membuat seseorang merasa butuh validasi, ingin dianggap sebagai orang yang peduli, dan ingin dikenal sebagai sumber informasi yang cepat,” ujar Nena.
“Simak Juga: Kenali Papillitis, Peradangan pada Papila Lidah”
Perilaku ini memberikan kepuasan tersendiri bagi pelaku, namun sering kali tanpa disadari, mereka telah melampaui batas kenyamanan atau etika sosial.
Salah satu bentuk oversharing yang disoroti adalah ketika seseorang mengunggah konten yang tidak pantas atau sensitif, seperti foto korban kecelakaan. Menurut Nena, hal ini tidak hanya mencederai rasa empati. Namun, juga bisa memperburuk trauma bagi keluarga korban atau orang lain yang pernah mengalami kejadian serupa.
Ia menilai, tindakan tersebut sering dilakukan demi mencari perhatian, tanpa mempertimbangkan dampak emosional yang bisa ditimbulkan.
Untuk mencegah perilaku oversharing, penting bagi masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dan edukasi mengenai batasan etika dalam berbagi informasi. Hal ini harus dimulai dari diri sendiri dan juga diterapkan dalam lingkungan keluarga. Ini termasuk kepada anak-anak yang mulai aktif bermedia sosial.
“Edukasi tentang empati dan etika bermedia sosial perlu disampaikan secara konsisten agar orang tahu mana yang pantas dan tidak untuk dibagikan,” jelas Nena.
Jika seseorang merasa terdampak setelah melihat konten negatif, apalagi memiliki hubungan langsung dengan korban, kondisi ini tidak boleh diabaikan. Sangat penting untuk segera mencari bantuan dari tenaga profesional.
Dalam kasus tertentu, seperti beredarnya foto-foto kecelakaan mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) beberapa waktu lalu, Nena menyarankan agar keluarga korban atau pihak yang merasa dirugikan segera menjalani sesi terapi dengan psikolog.
“Kalau memang sudah terlanjur terjadi, ada baiknya keluarga korban menjalani sesi terapi untuk mendapatkan pemulihan mental,” tambahnya.
Unggahan yang diduga berasal dari teman pelaku kecelakaan tersebut memicu reaksi keras dari publik. Publik mengecam tindakan tidak sensitif itu di media sosial.
“Baca Juga: Bagi yang Tak Lulus SNBT, USU Sediakan Dua Jalur Mandiri”
This website uses cookies.