Berapa Pedoman Takaran Garam Ideal per Hari?
Monika Pandey – Pedoman takaran garam menjadi hal penting yang perlu diperhatikan, meski makanan tanpa garam terasa kurang sedap. Hal ini terutama bagi lidah orang Indonesia yang akrab dengan cita rasa gurih dan kaya bumbu. Di balik kenikmatannya, konsumsi garam yang berlebihan dapat berdampak buruk bagi kesehatan tubuh.
Garam mengandung natrium, salah satu elektrolit penting yang menghasilkan ion bagi tubuh. Asupan natrium yang cukup membantu kelancaran proses metabolisme dan berbagai fungsi tubuh lainnya. Namun, terlalu banyak natrium dapat memicu peningkatan tekanan darah dan berujung pada kerusakan pembuluh darah serta organ vital seperti jantung dan ginjal.
Asupan natrium yang tinggi telah dikaitkan dengan peningkatan risiko hipertensi, stroke, penyakit jantung, dan gagal ginjal. Oleh karena itu, berbagai lembaga kesehatan dunia telah lama menyerukan pentingnya membatasi konsumsi garam harian.
“Baca Juga: Kardiomegali, Pembesaran Jantung yang Perlu Diwaspadai”
Mengutip Healthline, Institute of Medicine (IOM) menyarankan batas maksimal konsumsi natrium harian adalah 2.300 miligram, setara dengan satu sendok teh garam. Rekomendasi ini dibuat berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa konsumsi di atas batas tersebut meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular.
American Heart Association (AHA) menetapkan batas maksimal yang sama, namun merekomendasikan konsumsi ideal sebesar 1.500 miligram natrium per hari bagi orang dewasa. Menurunkan konsumsi harian sebesar 1.000 miligram pun sudah terbukti berdampak besar dalam meningkatkan kesehatan jantung.
Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan konsumsi maksimal 2.000 miligram natrium per hari, setara dengan 5 gram garam atau sekitar 1¼ sendok teh.
WHO juga menyebut bahwa mengurangi asupan garam hingga di bawah 5 gram per hari mampu menurunkan risiko tekanan darah tinggi, stroke, dan penyakit jantung. Bahkan, langkah ini diperkirakan dapat mencegah 2,5 juta kematian setiap tahun secara global.
Perlu dicatat, pedoman tersebut tidak berlaku secara mutlak bagi semua orang. Mereka yang aktif secara fisik seperti atlet atau pekerja lapangan yang sering berkeringat mungkin memerlukan asupan natrium lebih tinggi karena elektrolit lebih cepat hilang melalui keringat.
Mengikuti pedoman takaran garam dan mengurangi asupannya telah diidentifikasi sebagai salah satu langkah paling efektif dalam meningkatkan kesehatan masyarakat. WHO menargetkan pengurangan konsumsi garam global hingga 30 persen pada tahun 2025. Dukungan dari berbagai pihak, mulai dari kebijakan pemerintah hingga kesadaran individu, sangat diperlukan untuk mewujudkan target ini.
“Simak Juga: USU Umumkan 33 Bakal Calon MWA Periode 2025-2030”