Kanker Usus Buntu Meningkat di Kalangan, Ahli Bingung
Monika Pandey – Dulu dianggap kanker langka pada orang tua, kini kanker usus buntu justru makin sering menyerang usia muda. Data terbaru menunjukkan peningkatan mencolok pada penderita berusia 30 hingga 40-an tahun, bahkan sebagian di antaranya masih berusia di bawah 30.
Para peneliti dan dokter masih mencari jawaban di balik lonjakan ini. Tren yang mengejutkan ini kini menjadi perhatian utama dalam dunia medis.
Sebuah studi dalam Annals of Internal Medicine menemukan bahwa kasus kanker usus buntu meningkat tiga hingga empat kali lipat di antara mereka yang lahir setelah tahun 1970-an, dibandingkan generasi sebelumnya. Kini, sekitar satu dari tiga kasus terjadi pada orang dewasa berusia di bawah 50 tahun, angka yang jauh lebih tinggi dibandingkan kanker gastrointestinal lainnya.
Meski total kasusnya masih tergolong rendah, lajunya yang cepat menimbulkan kekhawatiran.
“Simak Juga: Ikterus (Jaundice) di Rongga Mulut, Tanda Awal Penyakit Sistemik”
Penyebab pasti masih belum diketahui, tetapi gaya hidup modern diduga kuat menjadi faktor utama. Obesitas, yang meningkat tajam sejak tahun 1970-an, merupakan salah satu faktor risiko kanker saluran cerna. Selain itu, pola makan rendah serat dan tinggi makanan olahan, daging merah, dan minuman manis juga diyakini ikut berperan.
Kurangnya aktivitas fisik, paparan bahan kimia dari plastik, dan perubahan lingkungan akibat industrialisasi pangan turut menjadi faktor yang sedang diteliti.
Kanker usus buntu terkenal sulit dideteksi. Tidak seperti kanker kolorektal, kanker ini sering tidak menunjukkan gejala khas. Bila ada, biasanya berupa nyeri perut ringan, kembung, atau gangguan buang air besar, keluhan yang sering dianggap sepele.
Akibatnya, sebagian besar kasus baru ditemukan secara tidak sengaja saat operasi usus buntu, yang berarti penyakitnya sudah berkembang terlalu jauh untuk penanganan dini.
Hingga kini, belum tersedia tes skrining khusus untuk kanker usus buntu karena tingkat kejadiannya yang rendah dan sulitnya mendeteksi usus buntu dengan pemeriksaan standar.
Namun, bila mengalami gejala perut yang terus-menerus atau tak biasa, terutama di usia muda, sebaiknya segera berkonsultasi ke dokter. Deteksi dini bisa menyelamatkan nyawa.
“Baca Juga: Agus Andrianto Terpilih Sebagai Ketua MWA USU 2025–2030”
This website uses cookies.