Monika Pandey – Wanita lebih rentan terkena lupus dibandingkan pria, meskipun penyakit ini dapat menyerang siapa saja, tanpa memandang usia. Lupus adalah penyakit autoimun yang terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan dan organ tubuh sendiri. Fakta bahwa wanita lebih sering mengalami lupus menimbulkan pertanyaan besar: mengapa hal ini terjadi? Jawaban utama terletak pada faktor hormonal yang memengaruhi sistem kekebalan tubuh, yang berperan besar dalam meningkatkan kerentanannya terhadap penyakit ini.
Sistem kekebalan tubuh wanita cenderung lebih aktif dibandingkan dengan pria. Hal ini berarti bahwa wanita memiliki kecenderungan lebih besar untuk mengembangkan reaksi imun yang berlebihan atau salah sasaran, seperti pada penyakit autoimun. Salah satu penyakit autoimun yang paling umum pada wanita adalah lupus. Penelitian menunjukkan bahwa sekitar 90% penderita lupus adalah wanita, terutama wanita yang berada dalam rentang usia reproduktif, yaitu antara 15 hingga 44 tahun.
“Simak Juga: Cokelat Hitam Meningkatkan Kecerdasan Menurut Studi”
Hormon estrogen, yang banyak diproduksi oleh tubuh wanita, tampaknya memainkan peran penting dalam meningkatkan kerentanannya terhadap lupus. Estrogen diketahui dapat mempengaruhi respon imun tubuh. Hormon ini dapat memperkuat aktivasi sel-sel imun yang akhirnya meningkatkan risiko peradangan dan kerusakan jaringan yang khas pada lupus.
Estrogen juga dapat merangsang pembentukan antibodi yang tidak seharusnya ada dalam tubuh, yang berkontribusi pada terjadinya reaksi autoimun. Oleh karena itu, fluktuasi kadar estrogen, seperti yang terjadi selama siklus menstruasi atau kehamilan, sering kali berhubungan dengan munculnya gejala lupus pada wanita. Wanita yang sedang hamil, misalnya, seringkali mengalami peningkatan gejala lupus karena peningkatan kadar estrogen dalam tubuh.
Selain estrogen, progesteron juga memengaruhi kekebalan tubuh wanita. Namun, efek progesteron terhadap lupus masih lebih kompleks dan perlu penelitian lebih lanjut. Beberapa studi menunjukkan bahwa progesteron dapat menurunkan aktivitas sistem kekebalan tubuh, yang pada gilirannya bisa berperan dalam pengelolaan penyakit autoimun, meskipun tidak sekuat estrogen dalam memicu penyakit tersebut.
Wanita dengan lupus sering melaporkan bahwa gejala mereka memburuk selama fase-fase tertentu dalam siklus menstruasi mereka, atau saat hamil. Ini menunjukkan bahwa fluktuasi hormon, terutama estrogen, sangat memengaruhi perkembangan dan keparahan penyakit lupus. Selain itu, pengobatan hormonal, seperti pil KB atau terapi hormon pada wanita pascamenopause, dapat memengaruhi pengelolaan lupus, terkadang memperburuk gejalanya.
Wanita lebih rentan terkena lupus, terutama karena pengaruh hormon dalam tubuh mereka. Hormon estrogen memainkan peran utama dalam meningkatkan kerentanannya terhadap penyakit ini, dengan memperburuk respon imun tubuh dan memicu gejala. Oleh karena itu, memahami peran hormon dalam lupus sangat penting untuk mengembangkan pengobatan yang lebih efektif, serta memberikan perhatian lebih pada wanita yang berisiko tinggi terkena penyakit autoimun ini.
“Baca Juga: Pelantikan BEM USU Periode 2024-2025”