Fobia Spesifik: Lebih dari Sekadar Takut dan Cara Menanganinya
Monika Pandey – Banyak orang merasa tidak nyaman ketika berada di ketinggian atau melihat hewan tertentu seperti ular, maupun laba-laba. Namun, bagi sebagian orang, rasa takut terhadap objek atau situasi tertentu bisa sangat berlebihan dan tidak rasional. Ketika ketakutan ini mengganggu kehidupan sehari-hari, hal itu mungkin menandakan fobia spesifik.
Fobia spesifik adalah ketakutan intens, persisten, dan tidak realistis terhadap suatu objek, hewan, atau situasi tertentu. Rasa takut ini tidak hanya muncul sesekali, tetapi akan selalu hadir saat individu menghadapi pemicunya, dan bisa mengganggu hubungan sosial, pekerjaan, hingga hobi.
Menurut psikolog Ellen Hendriksen dari Universitas Boston, fobia menjadi masalah saat menyebabkan distres (tekanan emosional) dan gangguan fungsi hidup.
“Simak Juga: Apa itu Alice in Wonderland Syndrome (AIWS)?”
Psikolog Martin Antony mengklasifikasikan fobia spesifik menjadi lima kategori utama:
Termasuk ketakutan terhadap ular, laba-laba, anjing, dan lainnya. Fobia terhadap laba-laba, misalnya, memengaruhi 2,7–9,5% populasi.
Seperti takut ketinggian, air dalam, atau badai.
Individu mungkin takut pada prosedur medis atau bahkan hanya melihat darah.
Misalnya takut menyetir, naik pesawat, atau berada di ruang tertutup seperti lift.
Meliputi fobia terhadap badut, kostum besar, atau suara keras.
Fobia bisa terbentuk dari peristiwa traumatis, seperti serangan panik saat mengemudi yang menyebabkan seseorang takut mengemudi lagi. Namun, tidak semua fobia berasal dari trauma; ada juga yang terbentuk tanpa pemicu yang jelas, sering kali terkait dengan hal yang berpotensi berbahaya, seperti ketinggian atau binatang buas.
Menariknya, fobia juga bisa berakar dari kecemasan sosial. Misalnya, seseorang mungkin mengaku takut menyetir, padahal sebenarnya mereka cemas karena takut dinilai oleh orang lain di jalan.
Kabar baiknya, fobia adalah gangguan psikologis yang sangat bisa diatasi. Terapi pemaparan (exposure therapy) adalah metode yang paling efektif. Dalam terapi ini, pasien secara bertahap dihadapkan pada objek atau situasi yang ditakuti dalam kondisi yang aman dan terkendali.
Contohnya, bagi pasien yang takut ular, proses bisa dimulai dari melihat gambar garis berliku, lalu gambar ular, hingga akhirnya bertemu langsung dengan ular hidup. Terapi ini bertujuan mendesensitisasi sistem ketakutan otak dan membuat respons kecemasan melemah seiring waktu.
Dalam kasus seperti fobia darah atau jarum, psikolog mungkin menambahkan teknik ketegangan otot terapan. Teknik ini membantu mencegah pingsan yang sering terjadi akibat respons vasovagal, yaitu reaksi tubuh yang menyebabkan tekanan darah dan detak jantung turun drastis.
Dengan bantuan tenaga profesional dan terapi yang tepat, fobia dapat dikendalikan. Yang terpenting, jangan pernah meremehkan rasa takut ekstrem, karena dengan pendekatan yang benar, hidup bebas dari fobia sangat mungkin dicapai.
“Baca Juga: Suami Najwa Shihab Meninggal Dunia Karena Stroke”
This website uses cookies.