Fakta Genetik: Alasan Orang Korea Jarang Mengalami Bau Ketiak
Monika Pandey – Bau ketiak bukanlah masalah umum di Korea Selatan, sehingga penggunaan deodoran pun tidak menjadi kebiasaan sehari-hari. Di tengah tren global produk perawatan tubuh, hal ini menjadi fakta unik. Bagi turis yang kehabisan stok, mencari deodoran di minimarket lokal bisa menjadi tantangan tersendiri karena produk ini memang jarang tersedia.
Ternyata, hal ini berkaitan erat dengan faktor genetik, bukan sekadar kebiasaan.
Mengutip Medical News Today, sebuah studi menemukan bahwa hanya sekitar 2% populasi dunia memiliki gen langka bernama ABCC11. Gen ini berperan dalam produksi bau badan.
“Simak Juga: Tak Disangka, Bumbu Dapur Ini Bisa Jadi Senjata Ampuh Lawan Diabetes dan Kanker!”
Yang menarik, sebagian besar pemilik gen ini berasal dari Asia Timur, termasuk Korea Selatan dan Jepang. Orang dengan gen ABCC11 tidak memproduksi bau ketiak, sehingga penggunaan deodoran menjadi tidak perlu bagi mereka.
Penelitian ini melibatkan 6.495 perempuan dari studi Children of the 90s di University of Bristol, Inggris. Hanya 117 partisipan (2%) yang terbukti memiliki gen tersebut. Meski begitu, 78% dari mereka tetap menggunakan deodoran, menunjukkan kuatnya pengaruh budaya.
Menariknya, sekitar 5% partisipan yang memiliki bau ketiak justru tidak memakai deodoran. Ini menunjukkan bahwa keputusan menggunakan produk perawatan pribadi sering kali didasarkan pada norma sosial, bukan kebutuhan biologis.
“Sebagian besar tetap menggunakan deodoran demi mengikuti budaya, meski mereka tidak membutuhkannya,” jelas Prof. Ian Day, salah satu penulis studi.
Ciri khas lain dari pemilik gen ABCC11 adalah kotoran telinga kering. Mereka juga cenderung tidak memproduksi bau badan karena kelenjar keringatnya tidak menghasilkan senyawa yang menarik bakteri.
Dr. Santiago Rodriguez menyebut, tes genetik sederhana bisa membantu orang mengenali apakah mereka benar-benar membutuhkan deodoran atau tidak.
“Ini bisa menghindarkan pembelian yang tidak perlu dan paparan bahan kimia bagi mereka yang tidak membutuhkannya,” ujarnya.
“Baca Juga: Kolaborasi USU dan DAAD Hadirkan Peluang Studi Magister dan Doktor di Jerman”
This website uses cookies.