Siapa Saja yang Rentan Terkena Hipertensi?
Monika Pandey – Hipertensi adalah kondisi medis kronis yang sering kali tak menunjukkan gejala dan berdampak pada kesehatan jantung dan pembuluh darah. Jika tidak ditangani dengan baik, hipertensi bisa meningkatkan risiko serangan jantung, stroke, hingga gagal ginjal. Karena itu, penting mengetahui siapa saja yang rentan terkena hipertensi agar langkah pencegahan dapat dilakukan sejak dini.
Kelompok usia lanjut (di atas 60 tahun) menjadi salah satu yang paling rentan terkena hipertensi. Seiring bertambahnya usia, elastisitas pembuluh darah berkurang sehingga tekanan darah cenderung meningkat. Bahkan, sekitar dua dari tiga orang dewasa berusia 60 tahun ke atas mengalami tekanan darah tinggi.
“Baca Juga: Bedah Ortognati, Lebih dari Sekedar Bedah Rahang”
Faktor genetik juga berperan penting. Jika orang tua atau saudara kandung memiliki hipertensi, risiko seseorang untuk mengalami kondisi serupa akan meningkat secara signifikan. Riwayat keluarga menjadi indikator penting yang tidak boleh diabaikan dalam skrining kesehatan.
Kelebihan berat badan membuat jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah, sehingga meningkatkan tekanan dalam pembuluh darah. Selain itu, kelebihan lemak, terutama di perut, bisa mengganggu keseimbangan hormon dan metabolisme tubuh yang memengaruhi tekanan darah.
Merokok dan konsumsi alkohol berlebihan dapat merusak dinding pembuluh darah dan menyebabkan pengerasan arteri. Kebiasaan ini juga mengganggu fungsi jantung serta sistem peredaran darah secara keseluruhan. Ini membuat tekanan darah meningkat dan memperbesar risiko terkena hipertensi kronis dalam jangka panjang, terutama bila tidak dikendalikan sejak dini.
Orang dengan diabetes atau gangguan ginjal memiliki risiko lebih tinggi terhadap hipertensi yang bersifat progresif. Gula darah yang tinggi dapat merusak pembuluh darah dan memperparah kondisi ginjal secara perlahan. Kedua organ ini berperan penting dalam mengatur tekanan darah, sehingga komplikasi bisa terjadi jika perawatan tidak segera dilakukan secara konsisten.
Kurangnya aktivitas fisik menyebabkan sirkulasi darah yang buruk dan penumpukan lemak dalam tubuh secara bertahap. Gaya hidup pasif ini meningkatkan tekanan darah dan memperlemah otot jantung. Aktivitas fisik rutin membantu menjaga jantung tetap kuat, membakar kalori, dan menjaga tekanan darah tetap stabil dalam jangka panjang.
Kebiasaan mengonsumsi makanan tinggi natrium (garam) bisa menyebabkan retensi cairan dan meningkatkan tekanan darah drastis. Asupan garam yang berlebih menyebabkan tubuh menahan lebih banyak air, menambah beban jantung. Banyak makanan olahan dan cepat saji mengandung kadar garam tinggi yang tidak disadari dan sangat sulit dikendalikan tanpa edukasi gizi yang tepat.
“Simak Juga: Bulan Mei 2025 Bakal Banyak Libur, Siap-Siap dari Sekarang!”